Sebuah Cerita tentang Diriku dan Dirinya

Aku melihat dari kejauhan. Melihat dirinya dengan seorang wanita. Umpatan pelan meluncur dari bibirku. Dadaku terasa sakit. Tak terasa air mataku ingin jatuh dari pelupuk. Aku benci ini. Aku benci situasi ini. Aku benci rasa ini. Aku benci dirinya. Aku benci cinta. Aku sangat benci. Ingin rasanya aku lari dari rasa ini, tapi tak mampu. Ingin rasanya aku lari dari tempat ini, tapi tak bisa. Ingin rasanya aku lari dari dirinya, tapi tak mau. Ingin rasanya aku lari dari cinta, tapi apakah aku bisa melakukannya? Aku tahu, mereka sepasang kekasih. Aku tahu, aku salah karena mencintainya. Aku tahu, aku tidak seharusnya mencintai seseorang yang telah memiliki tambatan hati. Namun, apakah hati ini bisa disalahkan? Tidak, aku tidak bisa menyalahkannya. Karena hati inipun juga tidak tahu kapan akan jatuh dan berakhir menyayangi seseorang.
Ya Tuhan, kenapa Tuhan? Kenapa aku mencintainya? Kenapa aku hanya menyayanginya dari begitu banyak lelaki di dunia ini? Dan kenapa mencintai seseorang bisa begitu menyakitkan dan mendebarkan di saat yang sama? Ingin memaki diri sendiri. Namun, itu tidak bisa merubah apapun. Ingin ku maki gadis itu. Tetapi, aku bukanlah siapa-siapa. Ya, aku bukan siapa-siapa di matanya. Lantas, apakah aku harus pergi atau setia menanti?

Komentar

  1. Uwaw, saya bahagia melihat kamu kembali update. Sekarang ceritanya sungguh deep, ya. Hmmm.. saya suka ini. Kata-katanya sangat tajam. Terus kembangkan setiap katanya, saya tunggu update selanjutnya yaa. SALAM JUNA.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer